Suatu saat saya mengalami kejadian menarik. Saat itu saya selesai memberikan evaluasi matakuliah kepada kumpulan guru sebuah sekolah menengah mengenai Matematika. Seperti biasa, saya memberikan kesempatan pada mereka untuk mempresentasikan jawaban evaluasi secara sendiri-sendiri. Pada satu kesempatan seorang peserta didik menyatakan suatu hasil penjumlahan seperti berikut:

0,1 + 0,9 = 0,10

What a mistake!

Pada satu sisi, terlihat bahwa orang tersebut berusaha memberikan jawaban terbaik. Tetapi disisi yang lain, ada sebuah kekurangan pemahaman dasar atas sebuah konsep mutlak bernama Matematika.

Di dalam Matematika, ada sebuah kalimat yang mencoba memberikan gambaran tentang kehebatan Matematika, “…bahkan daun yang melambaipun dapat kita mengerti dengan Matematika…”. Kalimat tersebut sudah sangat jelas, tetapi ada celah yang -menurut saya- cukup membahayakan. Celah tersebut bukan pada Matematika, melainkan pada diri pelaku Matematika. Celah tersebut memberikan jalan pemahaman yang melenceng dari kaidah, padahal si pelaku tidak merasakan hal itu.

Konflik Matematika

Saya coba menyebut kejadian tersebut dengan nama “Konflik Matematika.” Konflik Matematika merupakan sebuah hasil dari pengejaran atas pemahaman terhadap konsep dasar Matematika yang setengah-setengah. Jadi cuplikan-cuplikan konsep yang mengendap di dalam otak tersebut saling mempengaruhi sehingga memunculkan “pemahaman baru” yang malah melenceng dari jalur konsep yang sesungguhnya.
Contohnya bisa dilihat pada guru sekolah menengah tadi.

Contoh lain seperti berikut: ada pertanyaan

“berapa hasil jika sebatang kayu dipatahkan menjadi 2?”

Jalur konsep Matematika yang benar bisa kita nyatakan dalam pecahan 1/2. Tetapi jika terjadi Konflik Matematika, si penjawab malah akan diam lama memikirkan jawabannya. Hal itu adalah hasil dari dirinya sendiri karena bingung memilih jawaban : “1/2” atau “2.” Kedua jawaban tadi sebenarnya memang benar, karena memang benda yang yang terjadi berjumlah dua. Tetapi karena Konflik tadi, si penjawab tidak membandingkan kembali hasil “2” itu terhadap kondisi awal yaitu “1“, yang mana akan dinyatakan dalam bilangan “1/2.”

Dari kejadian-kejadian tersebut, kiranya dapat memberikan gambaran mengenai Konflik Matematika yang -sangat mungkin- bisa terjadi dalam kehidupan kita. Dan pesan yang timbul adalah “selalu pelajari sebuah konsep secara menyeluruh, jangan setengah-setengah,” tentunya untuk menghindari Konflik Matematika tadi.